Langsung ke konten utama

Negara dalam Sendok Nasi: Mengapa Politik Harus Masuk ke Meja Makan Kita

Kita sering mendengar ungkapan, “Saya tidak peduli politik.” Namun, tanpa disadari, politik hadir dalam setiap aspek kehidupan kita—di dapur, di halte, bahkan di tempat tidur. 

Politik bukan hanya tentang siapa yang duduk di kursi kekuasaan. Ia adalah jaring tak kasat mata yang menentukan harga beras, biaya sekolah anak, tarif listrik, bahkan seberapa cepat ambulans datang saat kita butuh pertolongan.

Coba pikirkan. Saat harga sembako melonjak, siapa yang Anda salahkan? Pedagang? atau sistem distribusi dan regulasi pasar yang dibuat oleh pemerintah? 

Ketika banjir melanda dan Anda harus mengungsi, apakah itu sekadar cuaca buruk, atau akibat proyek drainase yang dikorupsi? 

Di sinilah politik menyentuh hidup kita—tanpa izin, tanpa salam.

Sistem politik adalah cara kita memilih siapa yang mengatur negara ini. Apakah mereka kompeten? Apakah mereka jujur? Apakah mereka benar-benar mengutamakan rakyat atau sekadar boneka para pemilik modal? 

Jawabannya hanya bisa diketahui jika masyarakat mau peduli, mau membaca, mau kritis.

Kebijakan publik bukan sesuatu yang jauh dari kita. Saat pemerintah memutuskan untuk menaikkan pajak, menurunkan subsidi, atau mengizinkan investor asing menguasai sektor vital, semua itu berimbas langsung ke masyarakat. Sayangnya, kebijakan-kebijakan ini sering dibungkus istilah rumit dan dibahas di ruang-ruang elitis, membuat warga biasa merasa tidak perlu ikut campur. Ini kesalahan besar.

Ketidakpedulian adalah ladang subur bagi manipulasi. Semakin banyak warga tidak peduli, semakin leluasa para penguasa membuat kebijakan yang hanya menguntungkan segelintir orang. 

Inilah mengapa pendidikan politik penting. Bukan supaya semua orang jadi politisi, tapi agar tak satu pun dari kita jadi korban kebijakan yang kita tak pahami.

Bayangkan jika seluruh rakyat memahami bagaimana anggaran negara dibelanjakan. Mereka tahu siapa yang bertanggung jawab jika jalan rusak, atau dana bansos tidak sampai. Mereka tahu bahwa satu suara dalam pemilu bukan sekadar formalitas, tapi sebuah kuasa besar untuk menentukan arah negeri.

Kesadaran politik bukan soal baju partai atau jargon kampanye. Ini tentang mempertahankan hak hidup yang layak. Tentang memastikan bahwa negara ini bekerja untuk rakyatnya, bukan segelintir elite. 

Jika rakyat diam, maka negara bukan lagi rumah bersama, melainkan ladang kekuasaan yang rakus dan sepi suara nurani.

Maka hari ini, saat Anda membaca narasi ini, tanyakan pada diri sendiri: “Sudahkah saya tahu ke mana uang pajak saya pergi? Sudahkah saya paham siapa yang membuat aturan yang memengaruhi hidup saya?” 

Jika belum, maka inilah saatnya membuka mata. 

Karena di balik setiap kebijakan, ada kehidupan yang terdampak. Dan kehidupan itu bisa jadi adalah milik Anda sendiri.

---

oleh : [ AMin Jabbar ] 

Sumber: Copas ❤️🇮🇩

Designed by Open Themes & Nahuatl.mx.