Dalam epistemologi, kesadaran akan ketidaktahuan merupakan langkah awal menuju kebijaksanaan. Ada dua tipe utama terkait kesadaran ini: orang yang tahu bahwa dia tidak tahu, dan orang yang tidak tahu bahwa dia tidak tahu.
Orang yang "tahu bahwa dia tidak tahu" memiliki kesadaran reflektif atas batas-batas pengetahuannya. Mereka memahami bahwa pengetahuan mereka belum lengkap dan bahwa ada banyak hal yang belum mereka ketahui. Sikap ini menunjukkan kerendahan hati intelektual dan keinginan untuk terus belajar. Filosof Yunani kuno, Socrates, menekankan konsep ini ketika mengatakan, "Saya tahu bahwa saya tidak tahu." Bagi Socrates, pengakuan terhadap ketidaktahuan adalah langkah pertama menuju pengetahuan yang lebih dalam, karena orang yang sadar akan ketidaktahuannya akan mencari jawaban.
Sebaliknya, orang yang "tidak tahu bahwa dia tidak tahu" hidup dalam keyakinan palsu. Mereka cenderung berpikir bahwa mereka mengetahui lebih banyak daripada yang sebenarnya mereka ketahui. Ini sering disebut sebagai Dunning-Kruger effect, di mana individu dengan pengetahuan atau keterampilan terbatas melebih-lebihkan kemampuan mereka, dan akibatnya, mereka sulit menerima bahwa mereka mungkin salah atau kurang memahami sesuatu.
Perbedaan antara kedua tipe ini terletak pada sikap terhadap pengetahuan. Orang yang tahu bahwa mereka tidak tahu memiliki keterbukaan untuk belajar dan berkembang, sedangkan mereka yang tidak tahu bahwa mereka tidak tahu sering terjebak dalam kesombongan intelektual dan tertutup dari pengetahuan baru.
Dengan demikian, menyadari bahwa kita tidak tahu adalah salah satu bentuk kebijaksanaan tertinggi. Kesadaran ini membuka peluang untuk belajar, berkembang, dan mendekati kebenaran yang lebih luas dalam hidup.
(Gambar: CahyaningNalar)
0 Komentar